Lebaran Haru Biru
Ketika Idul Fitri tiba, bagaimana perasaan Anda?
Bagi saya, semuanya tergantung dari kualitas ibadah di bulan Ramadhan. Jika Ramadhan saya payah, Idul Fitri bagi saya adalah sebuah kesedihan dan penyesalan. Saya melalui hari-hari di bulan Ramadhan dengan kualitas ibadah yang biasa-biasa saja. Dan di hari kemenangan Idul Fitri, saya sedih karena khawatir Ramadhan tahun depan tak dapat menghampiri saya lagi. Saya sedih karena melewatkan momen-momen yang sangat berharga di bulan Ramadhan. Saya merasa sebagai orang yang benar-benar merugi.
Namun ketika Ramadhan saya lalui dengan ibadah yang berkualitas tinggi, Idul Fitri bagi saya adalah sebuah kemenangan yang sangat menggembirakan. Wajah saya cerah, senyum saya sumringah. Walau tanpa pakaian baru, saya merasa sebagai manusia baru dengan semangat dan paradigma baru. Saya bersyukur kepada Allah dan berharap semoga Ramadhan tahun depan saya dapat mempersembahkan ibadah yang jauh lebih berkualitas padaNya.
Isi message yang ditulis Pak Jonru di milis muslimblog di hari-hari menjelang berakhirnya bulan Ramadhan telah membuatku tercenung, masuk golongan manakah aku nanti? Yang diliputi kesedihan dan penyesalan atau yang menuai kemenangan? Adakah aku bisa menyambut hari kememangan sementara ada beberapa malam munajatku dengan-Nya yang terlewat begitu saja, lembar mushaf Al Qur'an masih seringkali hanya sedikit terbaca karena kantukku lebih berat dibanding tekad mengejar target tilawah harian yang kutetapkan sebelumnya? Adakah aku bisa bergembira menyambut kemenangan sementara 10 hari terakhir di bulan Ramadhan tidak bisa kuisi dengan i'tikaf dikarenakan pekerjaan kantor sering memaksaku pulang pulang dan aku kedatangan tamu bulanan?
Allahu akbar...Allahu akbar.....Allahu akbar. Laailaahaillallahulallahu akbar. Allahu akbar walilllahilkham.....
Ramadhan akhirnya benar-benar berakhir. Aku luruh dalam tangis. Ya Robb, begitu cepat Ramadhan berlalu, menyisakan banyak kolom kosong di lembar mutaba'ah yaumiyahku. Ya Robb, adakah hamba-Mu ini bisa kembali merasakan nikmatnya bertemu kembali dengan Ramadhan tahun depan? Ampuni hamba Ya Allah...yang tidak maksimal dalam ibadah. Hamba hanya bisa berserah diri kepada-Mu atas sedikitnya amalan ibadah yang hamba lakukan.
"Setiap amal manusia satu kebaikan dibalas dengan sepuluh pahala dan dapat dilipat-gandakan sampai tujuh ratus kali lipat kecuali puasa, karena puasa hanya untukKu dan Aku yang membalasnya" (HR. Bukhari- Muslim)
***
"Da, ada berita duka! Suami Ayu meninggal tgl 17 kemaren"
Isi sms dari Widi, teman ngajiku pada hari ke-3 lebaran benar-benar mengejutkanku karena dua hari sebelum mudik tgl 12, Ayu - mantan teman ngajiku - silaturahim ke rumah dan cerita kalo suaminya sehat-sehat saja. Bahkan Ayu sempat mengungkapkan rencana untuk mulai hidup mandiri bersama suaminya, karena sampai saat ini masih belum diperbolehkan hidup misah dari ruah orang tua Ayu.
Segera aku balas sms Widi.
"Innalillahi wa innailaihi rooji'un. Menninggal kenapa Wid?? Kecelakaan ??"
"Kecelakaan gimana..lha wong kata Ayu, mereka sedang duduk2 bercanda sekelurga ketiba tiba-tiba suaminya terjatuh lunglai langsung meninggal !!"
Ya Allah betapa mendadaknya...dan betapa Engkau mudahkan kepergiannya.
Balik dari mudik, aku dan teman-teman yang belum sempat ta'ziyah memutuskan segera ke rumah Ayu. Suasana duka masih sangat terasa. Apalagi kalo melihat Zahra, anak yang ditinggalkan almarhum yang masih berusia 8 bulan. Ya....Ayu dan suaminya belum genap 2 tahun menikah. Zahra adalah satu-satunya anak mereka. Zahra kecil bermata bintang, yang tidak tahu kalo dia sekarang berubah status jadi anak yatim.
Ayu hanya duduk diam dengan mata masih terlihat sembab, sementara kami mendengarkan ibu Ayu yang menceritakan saat2 almarhum sebelum meninggal. Begitu mendadaknya suami Ayu pergi, padahal paginya masih sempat menyalurkan hobi memasak sarapan pagi untuk seluruh keluarga, masih sempat membersihkan kandang burung dan juga motor, dan sama sekali tidak menunjukkan tanda2 sedang sakit. Menurut cerita ibu Ayu, menantu tertuanya itu selalu berusaha membuat orang lain senang, tidak pernah mengeluh, sayang pada keluarga, dan sangat dermawan. Saat membeli sesuatu di tukang jualan yang lewat depan rumah almarhum tidak pernah menawar. Bahkan sering ngasih uang lebih. Karena itu beliau sulit melepas anak dan menantunya untuk hidup mandiri karena saking sayangnya pada mereka.
Semoga almarhum mendapat tempat yang layak di sisi-Nya. Amin.
Banyak hikmah yang aku bawa serta sepulangnya ta'ziyah. Bahwa setiap dari kita harus siap ditinggalkan orang-orang terdekat kita. Setiap dari kita harus siap ditinggalkan pasangan kita. Dan setiap dari kita harus siap bila sewaktu-waktu Allah memanggil kita untuk mengahdap-Nya.
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari iamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sesungguhnya ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan".(QS. Al Maida : 185)
Bagi saya, semuanya tergantung dari kualitas ibadah di bulan Ramadhan. Jika Ramadhan saya payah, Idul Fitri bagi saya adalah sebuah kesedihan dan penyesalan. Saya melalui hari-hari di bulan Ramadhan dengan kualitas ibadah yang biasa-biasa saja. Dan di hari kemenangan Idul Fitri, saya sedih karena khawatir Ramadhan tahun depan tak dapat menghampiri saya lagi. Saya sedih karena melewatkan momen-momen yang sangat berharga di bulan Ramadhan. Saya merasa sebagai orang yang benar-benar merugi.
Namun ketika Ramadhan saya lalui dengan ibadah yang berkualitas tinggi, Idul Fitri bagi saya adalah sebuah kemenangan yang sangat menggembirakan. Wajah saya cerah, senyum saya sumringah. Walau tanpa pakaian baru, saya merasa sebagai manusia baru dengan semangat dan paradigma baru. Saya bersyukur kepada Allah dan berharap semoga Ramadhan tahun depan saya dapat mempersembahkan ibadah yang jauh lebih berkualitas padaNya.
Isi message yang ditulis Pak Jonru di milis muslimblog di hari-hari menjelang berakhirnya bulan Ramadhan telah membuatku tercenung, masuk golongan manakah aku nanti? Yang diliputi kesedihan dan penyesalan atau yang menuai kemenangan? Adakah aku bisa menyambut hari kememangan sementara ada beberapa malam munajatku dengan-Nya yang terlewat begitu saja, lembar mushaf Al Qur'an masih seringkali hanya sedikit terbaca karena kantukku lebih berat dibanding tekad mengejar target tilawah harian yang kutetapkan sebelumnya? Adakah aku bisa bergembira menyambut kemenangan sementara 10 hari terakhir di bulan Ramadhan tidak bisa kuisi dengan i'tikaf dikarenakan pekerjaan kantor sering memaksaku pulang pulang dan aku kedatangan tamu bulanan?
Allahu akbar...Allahu akbar.....Allahu akbar. Laailaahaillallahulallahu akbar. Allahu akbar walilllahilkham.....
Ramadhan akhirnya benar-benar berakhir. Aku luruh dalam tangis. Ya Robb, begitu cepat Ramadhan berlalu, menyisakan banyak kolom kosong di lembar mutaba'ah yaumiyahku. Ya Robb, adakah hamba-Mu ini bisa kembali merasakan nikmatnya bertemu kembali dengan Ramadhan tahun depan? Ampuni hamba Ya Allah...yang tidak maksimal dalam ibadah. Hamba hanya bisa berserah diri kepada-Mu atas sedikitnya amalan ibadah yang hamba lakukan.
"Setiap amal manusia satu kebaikan dibalas dengan sepuluh pahala dan dapat dilipat-gandakan sampai tujuh ratus kali lipat kecuali puasa, karena puasa hanya untukKu dan Aku yang membalasnya" (HR. Bukhari- Muslim)
***
"Da, ada berita duka! Suami Ayu meninggal tgl 17 kemaren"
Isi sms dari Widi, teman ngajiku pada hari ke-3 lebaran benar-benar mengejutkanku karena dua hari sebelum mudik tgl 12, Ayu - mantan teman ngajiku - silaturahim ke rumah dan cerita kalo suaminya sehat-sehat saja. Bahkan Ayu sempat mengungkapkan rencana untuk mulai hidup mandiri bersama suaminya, karena sampai saat ini masih belum diperbolehkan hidup misah dari ruah orang tua Ayu.
Segera aku balas sms Widi.
"Innalillahi wa innailaihi rooji'un. Menninggal kenapa Wid?? Kecelakaan ??"
"Kecelakaan gimana..lha wong kata Ayu, mereka sedang duduk2 bercanda sekelurga ketiba tiba-tiba suaminya terjatuh lunglai langsung meninggal !!"
Ya Allah betapa mendadaknya...dan betapa Engkau mudahkan kepergiannya.
Balik dari mudik, aku dan teman-teman yang belum sempat ta'ziyah memutuskan segera ke rumah Ayu. Suasana duka masih sangat terasa. Apalagi kalo melihat Zahra, anak yang ditinggalkan almarhum yang masih berusia 8 bulan. Ya....Ayu dan suaminya belum genap 2 tahun menikah. Zahra adalah satu-satunya anak mereka. Zahra kecil bermata bintang, yang tidak tahu kalo dia sekarang berubah status jadi anak yatim.
Ayu hanya duduk diam dengan mata masih terlihat sembab, sementara kami mendengarkan ibu Ayu yang menceritakan saat2 almarhum sebelum meninggal. Begitu mendadaknya suami Ayu pergi, padahal paginya masih sempat menyalurkan hobi memasak sarapan pagi untuk seluruh keluarga, masih sempat membersihkan kandang burung dan juga motor, dan sama sekali tidak menunjukkan tanda2 sedang sakit. Menurut cerita ibu Ayu, menantu tertuanya itu selalu berusaha membuat orang lain senang, tidak pernah mengeluh, sayang pada keluarga, dan sangat dermawan. Saat membeli sesuatu di tukang jualan yang lewat depan rumah almarhum tidak pernah menawar. Bahkan sering ngasih uang lebih. Karena itu beliau sulit melepas anak dan menantunya untuk hidup mandiri karena saking sayangnya pada mereka.
Semoga almarhum mendapat tempat yang layak di sisi-Nya. Amin.
Banyak hikmah yang aku bawa serta sepulangnya ta'ziyah. Bahwa setiap dari kita harus siap ditinggalkan orang-orang terdekat kita. Setiap dari kita harus siap ditinggalkan pasangan kita. Dan setiap dari kita harus siap bila sewaktu-waktu Allah memanggil kita untuk mengahdap-Nya.
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari iamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sesungguhnya ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan".(QS. Al Maida : 185)