Hargai Uang
Semakin banyak uang, maka semakin kecil pula penghargaan terhadap nilai uang itu. Bener gak? Bagi kamu-kamu yang gaji bulanannya di atas 2jt, pasti gak akan sayang mengeluarkan uang 10ribu untuk jajan semangkuk bakso atau beli pernak-pernik yang sebenarnya tidak perlu. Hayoo...ngaku . Coba kita tanyakan nilai uang 10ribu tersebut kepada pemulung, pengamen, tukang becak atau ibu penjual gado-gado. Pasti mereka akan berkomentar sama. Bahwa uang 10ribu besaaar nilainya. Bahkan mungkin 10ribu itulah pendapatan sehari mereka, setelah bekerja banting tulang dari terbit fajar sampai sinar matahari sudah lama menghilang dari langit.
Meski pendapatan bulanan saya tidak begitu besar, saya pun kadang tanpa sadar sering meremahkan nilai uang . Sampai saat saya belajar jualan kecil-kecilan, yang membawa kesadaran tentang nila uang ini. Pertama, saat suatu hari saya membawa seplastik kripik ketan ke kantor, oleh-oleh ibu saya dari Kendal. "Kripiknya enak. Gurih dan renyah", komentar teman-teman yang kebagian mencicipi. "Beli di mana sih? Mau donk nitip", pinta mereka akhirnya. Kebetulan, ibu bawa lumayan banyak. Jadi deh setelah itu untuk beberapa saat saya jualan kripik ketan. Hari pertama laris manis. Saya ke kantor dengan menjinjing dua tas kresek gede. Meski sebenarnya nilai nominal kripik tersebut tidak seberapa (dengan dua tas gede kripik, uang yang didapat paling 50ribu), tetapi bentuknya lumayan memakan tempat. Awalnya males juga sih ke kantor membawa gembolan. Apalagi saya orangnya paling males bawa jinjingan. Tapi ibu saya memberi semangat. "Kapan lagi belajar berdagang", dorong beliau.
Setelahnya saya merenung. Dari menjual kripik ketan sehari itu saya mendapat untung sekitar 10ribu. Tangan lumayan pegel membawa jinjingan. Belum lagi diliatin orang sekantor, yang merasa aneh melihat dua tas besar di tangan kanan dan kiri saya. Hmm....susah juga mencari uang dengan berdagang. Terbayang di pelupuk mata saya, seorang ibu tua penjaja kacang rebus, yang pernah saya jumpai di terminal. Juga seorang ibu yang tiap hari keliling kompleks tempat tinggal saya menjajakan ketupak sayur. Pedagang asongan dengan beberapa plastik tahu goreng dan kacang menggantung di besi lengkung bawaannya. Kalau saya taksir, harga keseluruhan barang yang mereka jajakan tak lebih dari 50ribu bahkan bisa jadi kurang dari itu. Lalu berapa untung yang mereka dapatkan sehari? 10ribu? 5ribu?
Pelupuk mata saya tiba-tiba panas.
Meski pendapatan bulanan saya tidak begitu besar, saya pun kadang tanpa sadar sering meremahkan nilai uang . Sampai saat saya belajar jualan kecil-kecilan, yang membawa kesadaran tentang nila uang ini. Pertama, saat suatu hari saya membawa seplastik kripik ketan ke kantor, oleh-oleh ibu saya dari Kendal. "Kripiknya enak. Gurih dan renyah", komentar teman-teman yang kebagian mencicipi. "Beli di mana sih? Mau donk nitip", pinta mereka akhirnya. Kebetulan, ibu bawa lumayan banyak. Jadi deh setelah itu untuk beberapa saat saya jualan kripik ketan. Hari pertama laris manis. Saya ke kantor dengan menjinjing dua tas kresek gede. Meski sebenarnya nilai nominal kripik tersebut tidak seberapa (dengan dua tas gede kripik, uang yang didapat paling 50ribu), tetapi bentuknya lumayan memakan tempat. Awalnya males juga sih ke kantor membawa gembolan. Apalagi saya orangnya paling males bawa jinjingan. Tapi ibu saya memberi semangat. "Kapan lagi belajar berdagang", dorong beliau.
Setelahnya saya merenung. Dari menjual kripik ketan sehari itu saya mendapat untung sekitar 10ribu. Tangan lumayan pegel membawa jinjingan. Belum lagi diliatin orang sekantor, yang merasa aneh melihat dua tas besar di tangan kanan dan kiri saya. Hmm....susah juga mencari uang dengan berdagang. Terbayang di pelupuk mata saya, seorang ibu tua penjaja kacang rebus, yang pernah saya jumpai di terminal. Juga seorang ibu yang tiap hari keliling kompleks tempat tinggal saya menjajakan ketupak sayur. Pedagang asongan dengan beberapa plastik tahu goreng dan kacang menggantung di besi lengkung bawaannya. Kalau saya taksir, harga keseluruhan barang yang mereka jajakan tak lebih dari 50ribu bahkan bisa jadi kurang dari itu. Lalu berapa untung yang mereka dapatkan sehari? 10ribu? 5ribu?
Pelupuk mata saya tiba-tiba panas.