Makanan Halal
Kemarin sore, selepas jam pulang kerja, pihak management kantorku mengadakan hearing dengan sejumlah karyawan, membahas satu masalah yang sedang terjadi di perusahaan kami. Hearing mulai jam 16.30 dan berakhir jam 18.15. Setelahnya pihak management menyediakan makan malam kotakan, mungkin sebagai kompensasi rasa terima mereka atas kehadiran kami. "Lumayan nih dapet makan malam. Bisa sekalian buat buka puasa", pikirku. Tapi karena waktu Maghrib sudah lewat hampir 15 menit, begitu acara selesai, aku langsung mengambil wudhu untuk sholat. Beberapa teman sama sepertiku. Sebagian besar memilih menyerbu terlebih dulu tumpukan kotak makanan, yang aku sendiri pun belum tahu jenis makanannya.
Selesai sholat, aku berpapasan dengan seorang teman wanita di lorong kantor. Dia terlihat membawa bungkusan. Sekalian aku tanya.
"Makanannya apa mbak?"
"Nih", jawabnya sambl memperlihatkan plastik pembungkus kotak makanan.
Ternyata makanan dari sebuah resto masakan Jepang! Wah!! Wah!!!
Temanku menyadari kekagetanku.
"Kenapa gitu?"
"Makanan itu belum halal mbak."
Tapi aku tidak menjelaskan lebih lanjut, karena temenku itu nasrani.
Aku tak habis pikir dengan orang kantor. Beberapa bulan lalu, aku sudah forward surat pernyataan dari MUI yang menyatakan makanan tersebut BELUM MENDAPAT LABEL HAHAL, dengan harapan pihak GA tidak membelikan makanan itu lagi untuk acara-acara di kantor. Teman-teman yang dulu aku forward pun sepertinya tenang-tenang saja menyantapnya. Apa mungkin mereka lupa dengan surat itu? Atau tidak peduli lagi dengan kehalalan makanan yang masuk ke tubuh mereka? Allahu'alam.
Karena perut terasa lapar, aku keluar menuju penjual makanan di depan gerbang kantor. Kupesan Ketoprak, sambil menunggu mobil jemputan jalan, karena beberapa teman masih sholat. Alhamdulillah, meski tidak seenak makanan resto tadi, Ketoprak telah mengurangi rasa lapar dan menenangkan hati.
Di dalam mobil jemputan.
"Dari mana Num?", tanya seorang teman demi melihat aku berjalan dari luar gerbang kantor.
"Habis makan ketoprak"
"Lho, kan disediain makanan enak tadi"
"Aku nggak mau makan yang itu. Belum jelas kehalalannya"
"Trus tadi kamu nggak ambil jatah kamu?"
"Nggak lah. Napa emang?"
"Yahh....jatahmu kan bisa kamu kasih ke aku Num"
Aku istighfar di dalam hati. Seorang muslim, sudah dikasih tau status kehalalan makanannya seperti apa..malah pengen makan lagi??
Kalah donk sama gadis kecil yang satu ini.
"Dan sungguh Allah telah menerangkan kepadamu apa-apa yang Ia haramkan atas kamu." (al-An'am: 119)
"Yang halal sudah jelas dan yang haram pun sudah jelas, di antara keduanya itu ada beberapa perkara yang belum jelas (syubhat), banyak orang yang tidak tahu: apakah dia itu masuk bagian yang halal ataukah yang haram? Maka barangsiapa yang menjauhinya karena hendak membersihkan agama dan kehormatannya, maka dia akan selamat,. dan barangsiapa mengerjakan sedikitpun daripadanya hampir-hampir ia akan iatuh ke dalam haram, sebagaimana orang yang menggembala kambing di sekitar daerah larangan, dia hampir-hampir akan jatuh kepadanya. Ingatlah! Bahwa tiap-tiap raja mempunyai daerah larangan. Ingat pula, bahwa daerah larangan Allah itu ialah semua yang diharamkan." (Riwayat Bukhari, Muslim dan Tarmizi, dan riwayat ini adalah lafal Tarmizi).
(Banner dicopy dari www.indohahal.com)
Selesai sholat, aku berpapasan dengan seorang teman wanita di lorong kantor. Dia terlihat membawa bungkusan. Sekalian aku tanya.
"Makanannya apa mbak?"
"Nih", jawabnya sambl memperlihatkan plastik pembungkus kotak makanan.
Ternyata makanan dari sebuah resto masakan Jepang! Wah!! Wah!!!
Temanku menyadari kekagetanku.
"Kenapa gitu?"
"Makanan itu belum halal mbak."
Tapi aku tidak menjelaskan lebih lanjut, karena temenku itu nasrani.
Aku tak habis pikir dengan orang kantor. Beberapa bulan lalu, aku sudah forward surat pernyataan dari MUI yang menyatakan makanan tersebut BELUM MENDAPAT LABEL HAHAL, dengan harapan pihak GA tidak membelikan makanan itu lagi untuk acara-acara di kantor. Teman-teman yang dulu aku forward pun sepertinya tenang-tenang saja menyantapnya. Apa mungkin mereka lupa dengan surat itu? Atau tidak peduli lagi dengan kehalalan makanan yang masuk ke tubuh mereka? Allahu'alam.
Karena perut terasa lapar, aku keluar menuju penjual makanan di depan gerbang kantor. Kupesan Ketoprak, sambil menunggu mobil jemputan jalan, karena beberapa teman masih sholat. Alhamdulillah, meski tidak seenak makanan resto tadi, Ketoprak telah mengurangi rasa lapar dan menenangkan hati.
Di dalam mobil jemputan.
"Dari mana Num?", tanya seorang teman demi melihat aku berjalan dari luar gerbang kantor.
"Habis makan ketoprak"
"Lho, kan disediain makanan enak tadi"
"Aku nggak mau makan yang itu. Belum jelas kehalalannya"
"Trus tadi kamu nggak ambil jatah kamu?"
"Nggak lah. Napa emang?"
"Yahh....jatahmu kan bisa kamu kasih ke aku Num"
Aku istighfar di dalam hati. Seorang muslim, sudah dikasih tau status kehalalan makanannya seperti apa..malah pengen makan lagi??
Kalah donk sama gadis kecil yang satu ini.
"Dan sungguh Allah telah menerangkan kepadamu apa-apa yang Ia haramkan atas kamu." (al-An'am: 119)
"Yang halal sudah jelas dan yang haram pun sudah jelas, di antara keduanya itu ada beberapa perkara yang belum jelas (syubhat), banyak orang yang tidak tahu: apakah dia itu masuk bagian yang halal ataukah yang haram? Maka barangsiapa yang menjauhinya karena hendak membersihkan agama dan kehormatannya, maka dia akan selamat,. dan barangsiapa mengerjakan sedikitpun daripadanya hampir-hampir ia akan iatuh ke dalam haram, sebagaimana orang yang menggembala kambing di sekitar daerah larangan, dia hampir-hampir akan jatuh kepadanya. Ingatlah! Bahwa tiap-tiap raja mempunyai daerah larangan. Ingat pula, bahwa daerah larangan Allah itu ialah semua yang diharamkan." (Riwayat Bukhari, Muslim dan Tarmizi, dan riwayat ini adalah lafal Tarmizi).
(Banner dicopy dari www.indohahal.com)
JADI LAPAR NIH ENAKAN MAKAN DIMANAYA
Posted by SIREN | October 29, 2009 1:18 PM