Sudah 'Isi' Belum Mbak?
Pertanyaan di atas seringkali dilontarkan orang kepada wanita yang sudah melangsungkan pernikahan. Bila beberapa bulan setelah menikah langsung dikarunia kehamilan, maka si wanita yang ditanya pasti akan menjawab dengan muka berbinar : "Alhamdulillah, sudah jalan sekian minggu/bulan." Sebaliknya, yang belum dikarunia kehamilan pasti akan menjawab (dengan perasaan sedih, meski tidak kasat mata) : "Belum nih. Mohon do'anya aja ya...."
Kakak perempuanku termasuk yg sering ditanya demikian. Terutama ketika sedang mudik, baik ke rumah ibu kami ataupun ke ibu mertuanya. Saudara, tetangga, dan orang yang kenal bisa dipastikan menanyakan hal yang sama. Sudah dua tahun usia pernikahan kakak, tapi Allah belum jua menitipkan calon bayi di rahimnya. Meski tidak pernah bilang, aku tau, hati kakak pasti terasa ngilu saat harus menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Apalagi bila si penanya meneruskan dengan kata-kata : "Wahh..belum isi juga ya? Lumayan lama ya mbak. Si Fulanah, yang nikah bareng mbak itu anaknya sudah bisa jalan lho." Huh! Tidak berperasaan! Sering hatiku panas bila ikut mendengarnya. Kakak dan suaminya sudah melakukan ikhtiar ke dokter dan sebagainya, tapi bila Allah belum mentakdirkan mereka punya anak, bisa apa kita.
Empati dengan perasaan kakak itu membuatku lebih hati-hati bertanya hal yang sama pada pasangan baru atau lama yang belum dikarunia kehamilan. Meski hanya tanya basi-basi, aku sebisa mungkin akan menghindari pertanyaan itu terlontar dariku.
Tapi pernah sekali waktu, aku dibuat kaget dengan seorang teman akhwat yang perutnya kelihatan sedikit besar dari biasanya.
"Lho, anti lagi hamil ya?"
"Iya, 7 bulan mbak."
"7 bulan?? Wahh..kok aku baru tau ya."
"Lah emang mbak gak merhatiin perutku ya?". Dia heran melihat ekspresi kagetku, padahal hampir tiap hari kami bertegur sapa saat aku pulang kerja melewati rumahnya.
"Afwan, aku gak merhatiin. Habis anti kan selalu pake gamis, jadi gak keliatan klo lagi hamil", jawabku malu.
Kejadian ini memberiku pelajaran. Saat bertemu akhwat yang sudah menikah beberapa bulan, pertama aku tetap akan menghindari bertanya : "Sudah 'isi' belum?". Akan aku perhatikan dulu kondisinya. Bila perutnya terlihat lebih besar dari biasa, baru aku berani bertanya : "Sudah 'isi' ya?" dan mengucap selamat sebagai tanda ikut bersyukur.
(Buat mbakku, sabar ya mbak...insya Allah saat itu akan tiba..biidznillah. Keep praying & ikhtiar)
Kakak perempuanku termasuk yg sering ditanya demikian. Terutama ketika sedang mudik, baik ke rumah ibu kami ataupun ke ibu mertuanya. Saudara, tetangga, dan orang yang kenal bisa dipastikan menanyakan hal yang sama. Sudah dua tahun usia pernikahan kakak, tapi Allah belum jua menitipkan calon bayi di rahimnya. Meski tidak pernah bilang, aku tau, hati kakak pasti terasa ngilu saat harus menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Apalagi bila si penanya meneruskan dengan kata-kata : "Wahh..belum isi juga ya? Lumayan lama ya mbak. Si Fulanah, yang nikah bareng mbak itu anaknya sudah bisa jalan lho." Huh! Tidak berperasaan! Sering hatiku panas bila ikut mendengarnya. Kakak dan suaminya sudah melakukan ikhtiar ke dokter dan sebagainya, tapi bila Allah belum mentakdirkan mereka punya anak, bisa apa kita.
Empati dengan perasaan kakak itu membuatku lebih hati-hati bertanya hal yang sama pada pasangan baru atau lama yang belum dikarunia kehamilan. Meski hanya tanya basi-basi, aku sebisa mungkin akan menghindari pertanyaan itu terlontar dariku.
Tapi pernah sekali waktu, aku dibuat kaget dengan seorang teman akhwat yang perutnya kelihatan sedikit besar dari biasanya.
"Lho, anti lagi hamil ya?"
"Iya, 7 bulan mbak."
"7 bulan?? Wahh..kok aku baru tau ya."
"Lah emang mbak gak merhatiin perutku ya?". Dia heran melihat ekspresi kagetku, padahal hampir tiap hari kami bertegur sapa saat aku pulang kerja melewati rumahnya.
"Afwan, aku gak merhatiin. Habis anti kan selalu pake gamis, jadi gak keliatan klo lagi hamil", jawabku malu.
Kejadian ini memberiku pelajaran. Saat bertemu akhwat yang sudah menikah beberapa bulan, pertama aku tetap akan menghindari bertanya : "Sudah 'isi' belum?". Akan aku perhatikan dulu kondisinya. Bila perutnya terlihat lebih besar dari biasa, baru aku berani bertanya : "Sudah 'isi' ya?" dan mengucap selamat sebagai tanda ikut bersyukur.
(Buat mbakku, sabar ya mbak...insya Allah saat itu akan tiba..biidznillah. Keep praying & ikhtiar)