Mertua & Menantu
Penggalan obrolan dengan seorang teman kemarin siang..
Teman : Num, tebak...liburan kemaren aku kemana?
Aku : Ke kota S ya? Nostalgia sama temen-temenmu.
Teman : Bukan. Aku kemaren ke kota P, ke rumah camer (calon mertua - red)
Aku : Asik donk. Nentuin 'tanggal' yah?
Teman : Nggak kok..cuma berkunjung. Tapi aku jd mikir lagi deh jd nikah ama dia apa nggak.
Aku : Napa gitu?
Teman : Klo kami nikah, aku disuruh tinggal deket ibunya. Kayaknya aku nggak bakal sanggup deh. Ibunya suka ngatur.
Aku : ??
Teman : Aku mau nikah sama anaknya..tapi gak mau tinggal dekat mertua.
Aku : Yee..kamu ini. Mau nerima anaknya...juga kudu mau nerima ortunya. Ntar kan beliau juga bakal jadi ortu kamu.
Teman : (terdiam)
Problem "phobi dengan mertua" seperti yang dialami temanku di atas, aku lihat sering terjadi di kalangan masyarakat (terutama wanita). Padahal..nikah itu kan bukan hanya menyatukan dua personal saja, melainkan menyatukan dua keluarga dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Bener gak? CMIIW.
Suami atau istri tetap memiliki hal-hal (keluarga, teman-teman, hobi, de el el) yang tidak bisa ditanggalkan begitu saja ketika mereka sudah menikah. So, suami atau istri tidak selayaknya menjauhkan atau memisahkan salah satu di antaranya dengan hal-hal tersebut, terutama dengan keluarga. Apalagi dengan ibunya, yang telah melahirkan pasangan kita di dunia ini.
Aku jadi teringat sebuah hadist :
Sahabat-sahabat wanita...semoga kita tidak termasuk dalam golongan yang bisa menyebabkan Allah murka seperti dalam hadist di atas ya...Sereemmm....
Teman : Num, tebak...liburan kemaren aku kemana?
Aku : Ke kota S ya? Nostalgia sama temen-temenmu.
Teman : Bukan. Aku kemaren ke kota P, ke rumah camer (calon mertua - red)
Aku : Asik donk. Nentuin 'tanggal' yah?
Teman : Nggak kok..cuma berkunjung. Tapi aku jd mikir lagi deh jd nikah ama dia apa nggak.
Aku : Napa gitu?
Teman : Klo kami nikah, aku disuruh tinggal deket ibunya. Kayaknya aku nggak bakal sanggup deh. Ibunya suka ngatur.
Aku : ??
Teman : Aku mau nikah sama anaknya..tapi gak mau tinggal dekat mertua.
Aku : Yee..kamu ini. Mau nerima anaknya...juga kudu mau nerima ortunya. Ntar kan beliau juga bakal jadi ortu kamu.
Teman : (terdiam)
Problem "phobi dengan mertua" seperti yang dialami temanku di atas, aku lihat sering terjadi di kalangan masyarakat (terutama wanita). Padahal..nikah itu kan bukan hanya menyatukan dua personal saja, melainkan menyatukan dua keluarga dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Bener gak? CMIIW.
Suami atau istri tetap memiliki hal-hal (keluarga, teman-teman, hobi, de el el) yang tidak bisa ditanggalkan begitu saja ketika mereka sudah menikah. So, suami atau istri tidak selayaknya menjauhkan atau memisahkan salah satu di antaranya dengan hal-hal tersebut, terutama dengan keluarga. Apalagi dengan ibunya, yang telah melahirkan pasangan kita di dunia ini.
Aku jadi teringat sebuah hadist :
Dari Ali bin Abi Thalib ra., Rasulullah berkata : "Jika ummatku melakukan lima belas perkara, maka mereka akan ditimpa cobaan. Di anataranya, jika laki-laki patuh pada istrinya dan mendurhakai ibunya. Hingga sabda beliau : Dalam keadaan seperti itu hendaklah mereka menunggu angin merah, kehinaan, keburukan, ataupun fitnah." (HR. Tirmidzi)
Sahabat-sahabat wanita...semoga kita tidak termasuk dalam golongan yang bisa menyebabkan Allah murka seperti dalam hadist di atas ya...Sereemmm....