« Home | Tondemonai Defect » | Tempat Nyaman Untuk Tidur » | TTS & Blog » | Menabung Untuk Hari Kematian » | Tetaplah Di Jalan Dakwah » | Selamat Tahun Baru 1426H » | Blog Yang Terabaikan » | Tsunami & Bencana Itu » | Bencana Tsunami Adalah Satu Peringatan Dari-Nya » | Keep Ur Eyes » 




STOP PRESS!
Azayaka's Blog pindah ke
http://azayaka.wordpress.com
sampai waktu yang belum ditentukan :)
detik.


Tuesday, April 05, 2005 

My Heppi Wiken

Kopdaran Di Kajian Masjid Al Falah

Jam 8.50 aku tiba di pelataran masjid Al Falah, Bendungan Hilir Jakarta. Masih sepi. Hanya ada tiga orang bapak-bapak di sana, duduk-duduk di depan toko buku di bawah tangga masjid. "Mau ikut kajian ya mbak? Sebentar lagi mulai. Ruangannya masih dipakai acara akad nikah", kata seorang bapak, yang sepertinya penjaga toko buku di lingkungan masjid, seperti bisa membaca pikiranku. Aku tersenyum. "Iya pak, makasih". Kukeluarkan handphone, mencari-cari nama Dini di memori. Ketemu. Langsung kutekan call. Nada masuk, tapi tidak diangkat. Hmm..mungkin Dini sedang di jalan.

Dini adalah salah seorang teman chatku, yang kebetulan aktif di Al Falah. Kami kenal lewat Ela, teman kantorku dulu. Meski sering ngobrol lewat chat, tetapi belum sekalipun kami bertemu langsung, meski kami telah kenal setahun lebih. Selain Dini, di kajian ini aku pun janjian ketemu dengan Tyo, yang adalah teman Dini juga serta aktif di Al Falah. Subhanallah ya. Benar bila ada yang mengatakan : dunia itu sempit. Aku kenal seorang akhwat bernama Tyo beberapa hari lalu. Dan benar-benar nggak nyangka kalao Tyo adalah sahabat Dini. Tyo juga yang memberikan info kajian ini kepadaku. Selain Dini dan Tyo, ada satu akhwat lagi bernama Rina, teman chat juga, yang janjian ketemu di kajian. Jadi ceritanya kali ini kami ikut kajian sekalian kopdaran gitu :). Terpikir untuk menelpon Rina. Tapi kuurungkan. Mungkin Rina masih di jalan, pikirku. Nanti saja akan kutelpon setelah kira-kira jam 9 lewat.

Dua orang akhwat kemudian terlihat memasuki pelataran masjid. Kami tersenyum saling memberi salam. Satu orang berbaju panjang hijau muda, berjilbab putih. Satunya lagi berbaju hijau garis-garis, berjilbab warna hijau bercorak. "Mau ikut kajian juga ya mbak?", tanyaku. "Iya. Belum mulai kan?", jawab yang berbaju hijau muda sekaligus bertanya. "Ruangannya masih dipakai acara akad nikah. Mungkin sebentar lagi mulai", jelasku. Mendengar suara akhwat berbaju hijau, kok sepertinya aku kenal ya. Ahh..jangan-jangan de ja vu nih.

Kira-kira jam 9.10 keluarga mempelai yang mengikuti acara akad nikah mulai turun dari lantai dua masjid. Gantian kami yang naik ke atas. Selain kami bertiga, telah ada beberapa orang ikhwan dan akhwat yang menunggu juga untuk ikut kajian. Panitia mempersilakan kami yang telah masuk masjid untuk menempati bagian depan terlebih dulu. Seperti biasa, aku tidak memilih duduk di barisan paling depan. Aku duduk di shaf kedua, di belakang akhwat berbaju hijau muda dan temannya. Tak lama, Ust. Didin Hafidudhin, yang akan mengisi kajian, memasuki ruangan. Setelah pembacaan ayat suci Al Qur’an, beliau mulai mengisi kajian dengan tema "Kiat Hidup Sejahtera Dalam Perspektif Islam". Satu point dari isi materi beliau yang terpatri dalam pikiranku :

Allah menyukai hamba-Nya yang kaya, bertaqwa, dan menyembunyikan simbol-simbol kekayaannya”. Point ini memberikan semangat kepada yang hadir, bahwa seorang muslim dianjurkan untuk mencintai kerja yang halal agar kaya, dan dengan kekayaannya itu dia bisa lebih banyak beramal. Akan tetapi, menjadi orang kaya bukan berarti kita diperbolehkan untuk bermewah-mewahan, mempertontonkan kekayaan kita. Kaya agar bisa lebih banyak beramal harta, tetapi tetaplah hidup sederhana, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah dan para sahabat dulu.

Di tengah kajian, aku teringat kembali untuk menghubungi Rina, teman chatku itu. Kuketik SMS. "Rin, nyampe mana? Aku udah di Al Falah." Tidak ada 5 menit, sms balasan dari Rina masuk. "Aku juga jeng. Baju hijau..paling depan. Ayo depan duduknya". Baju hijau? Paling depan? Ya Allah…ternyata sudah dari tadi kami bertemu. Pasti Rina akhwat berbaju hijau muda berjilbab putih itu. Aku senyum-senyum sendiri di belakang Rina. Ada saja hal lucu saat kopdaran dengan teman maya kita :D. Ada sedikit pikiran jail untuk memberi Rina surprise. Makanya sengaja aku tidak balas smsnya atau menjawilnya dari belakang. Kembali aku menyimak ust. Didin. Ketika masuk sesi tanya jawab, aku menggeser dudukku satu shaf ke depan, mendekati akhwat berbaju hijau muda. "Rina ya?", tebakku sambil menyodorkan tangan untuk salaman. "Ya Allah, Hanum ya?" Terlihat Rina susprised. Kemudian kami tertawa bersama menyadari kalau dari tadi kami telah bertatap muka. Ukhuwah kami semoga lebih kokoh dengan pertemuan ini.

Lalu kemana Dini dan Tyo? Sampai kajian selesai jam 10.30, belum ada sms dari Dini. Kucoba telpon sekali lagi. Tidak diangkat juga. Mungkin Allah belum menghendaki kami bertemu di dunia nyata. Akhirnya, aku, Rina, dan teman Rina yang kemudian aku tau bernama Heti, meninggalkan masjid Al Falah untuk kemudian menuju ke Islamic Bookfair di Senayan.



Naik Busway

"Naik busway yuk. Nanti turun langsung pas di Senayan", usul Heti dalam perjalanan dari masjid Al Falah ke jalan raya besar. Di depan Benhil kebetulan ada tempat pemberhentian busway.
"Yuk. Kebetulan aku belum pernah naik busway..hehe". Aku langsung mengangguk setuju. Semangat.
"Sama. Aku juga belum pernah". Heti seperti dapat teman senasib.
Di antara kami bertiga, hanya Rina yang pernah ‘mencicipi’ busway.
Dalam perjalanan menuju loket busway, handphoneku berbunyi. Dini. Ternyata Dini dan Tyo ikut kelas di Al Falah dan kelas mereka baru saja kelar. Yah..semoga di lain waktu kita bisa bertemu ya..Dini dan Tyo.

Setelah beli karcis, sekitar 4 menit kemudian busway ke arah Senayan datang. Kami langsung naik. Bus penuh, hingga kami harus berdiri bergelantungan. Gantungan pegangan yang lumayan tinggi terasa kurang nyaman buatku dan Heti. Lain dengan Rina yang berbadan tinggi. Nggak ada 10 menit perjalanan, kami sampai di terminal busway Pintu Satu Senayan. Kami bertiga turun bersama-sama dengan beberapa akhwat berjilbab lainnya yang sepertinya juga akan ke bookfair. Kesan aku dan Hety tentang busway kompak. TERNYATA GINI TOH NAIK BUSWAY. SAMA SEKALI NGGAK NYAMAN KALAU HARUS BERDIRI BERGELANTUNGAN! Hehe…



Di Islamic Bookfair

Sampai di bookfair, Rina langsung mengajak kami mencari tempat diskusi Peranan IT Dalam Dakwah yang dalam schedule diadakan sampai jam 12.00. Lumayan mengikuti setengah jam lebih, daripada tidak sama sekali. Tekad Rina. Dari bagian informasi kami ketehui kemudian kalo diskusinya diadakan di ruang utama. Segera kami meluncur ke sana. Alhamdulillah, diskusi belum selesai. Meski sudah ketinggalan, input yang kami dapatkan di sana tentang management dakwah di cyber dan pentingnya mengelola dan memanfaatkan IT untuk dakwah cukup banyak. Oya, penyelenggara diskusi tersebut adalah MIFTA, sebuah organisasi yang dibuat dengan tujuan sebagai wadah komunitas-komunitas cyber muslim di Indonesia khususnya.

Setelah acara diskusi, kami bertiga berembug, sholat dulu atau makan dulu. Ternyata rasa lapar kemudian membawa kami bertiga mencari-cari sudut yang nyaman untuk makan. Rina dan Heti kebetulan bawa bekal (rajin nian :) ya) dan aku membeli nasi bungkus di warung belakang gedung pameran. Selesai makan, dan kemudian sholat, kami siap-siap mengitari tempat pameran. Stan buku, kaset, dan baju muslim tak luput kami kunjungi meskipun tidak semuanya. Al Qur’an terjemahan nan besar dan berat, titipan seorang teman kantor, serta beberapa buku mengisi ruang kosong di ranselku. Juga beberapa perlengkapan busana muslim seperti manset, kaos kaki dan jilbab. Bukan hanya karena harga discount yang mendorongku untuk membeli. Tapi juga didorong kepraktisan, karena keterbatasan waktuku selama ini untuk mencari barang-barang tersebut di Tangerang. Selagi perlu dan ketemu gitu lho :D.

Karena minat kami bertiga terhadap isi satu stan kadang tidak sama, seringkali aku, Heti, dan Rina berpencar, memilih stan sendiri-sendiri. Sampai akhirnya menjelang jam 2, aku baru tersadar kami telah benar-benar terpisah. Sosok baju hijau muda berjilbab putih sudah tidak kelihatan lagi di tengah keramaian pengunjung pameran. Begitupun Heti. Aku putuskan meneruskan penjelajahan stan beberapa menit lagi karena jam 2 aku diundang syuro Pelatihan Penulisan IMB yang akan diadakan di salah satu sudut ruang pameran.

Beberapa menit berlalu dari jam 2 aku mencari-cari deretan kursi kuning di belakang tulisan SERAMBI, tempat syuro yang diberitahukan oleh Arul lewat handphone sebelumnya. Ketemu. Lumayan banyak orang yang duduk di sana. Tapi tak satupun yang kukenal. Arul? Kemana dia? Mana peserta akhwat? Kucari nama Vita di phonebook, setelah ketemu, kutekan call. Suara Vita di sebarang sana. Dia ternyata sedang menuju tempat syuro. Alhamdulillah, ada juga yang datang. Tak lebih dari 5 menit, Vita datang bersama Iman dan Nur istrinya. Kemudian menyusul bergabung di deretan kursi kuning, Arul, Pak Jonru, Feli, dan seorang teman Arul di FLP, yang kemudian kuketahui bernama Billy. Datang juga dua orang akhwat, Dina dan Tuti menghampiri kami, yang ternyata datang untuk membayar biaya kepesertaan pelatihan tgl 10 nanti. Menyusul kemudian Elah yang sebentar lagi menggenapkan diennya, dan disusul kehadiran Pak Yayan bersama sang istri dengan penampilan yang sangat rapi karena habis menghadiri pernikahan saudara mereka. Ditingkahi kebisingan lantunan nasyid live dari grup nasyid Gondes, dimulailah syuro kami. Syuro yang super simple, jauh dari bertele-tele. Sersan. Serius tapi santai.

Tak lebih dari 20 menit kami syuro. Satu per satu pamit. Ada yang hendak langsung pulang, ada juga yang hendak meneruskan penjelajahan di pameran. Aku dan Vita termasuk yang kedua. Sebelum berpisah dengan Arul, si bapak muda yang juga novelis produktif ini sempat menghadiahkan novel karyanya kepadaku dan Vita. Bener-benar gratis lho !! Makasih Arul ^_^ . Aku dan Vita berkeliling lagi menjelajah beberapa stan. Satu cd nasyid super murah, karena Cuma 5ribu perak serta satu buku tentang tanya jawab seputar harokah islamiyyah seharga Rp 1000 saja !! menambah berat ranselku. Aku benar-benar surprised mendapati ada harga buku semurah itu. Bayangkan. Harganya lebih murah dibanding sebuah teh botol !! Memang sih, bukunya sudah kelihatan lusuh. Tapi bagiku yang penting isinya. Jangan lihat fisiknya. Sekilas aku baca daftar isinya berupa problematika sehari-hari seputar harokah. Bagus, dan beberapa kasus pernah kualami, hingga aku penasaran solusi yang disampaikan seperti apa.

Vita mengajak mampir ke stan Mulia Sejahtera atau lebih dinekal dengan M-Store, sebuah stan yang menyediakan barang-barang kebutuhan sehari-hari seperti mie instan, dsb. Ranselku yang sudah berat ditambah aku tidak suka membawa tentengan membuatku hanya melihat-lihat saja, tidak membeli satu barang pun di sana. Tapi, membawa tentengan tidak bisa kuhindari ketika di akhir penjelajahan, aku dan Vita melihat stan Pustaka Al-Kautsar tepat di pintu keluar. Aku membeli dua buku dengan discount 70% di sana. Buku itu lumayan besar dan berat dan sudah tidak ada ruang lagi di ranselku. Terpaksalah aku membawa satu kantong lastik tentengan untuk kemudian benar-benar mengakhiri penjelajahan di pameran bernama Islamic Bookfair yang diadakan setahun sekali itu.



Di rumah

Alhamdulillah, sekitar jam 17.30 aku sampai di depan pintu pagar rumah. Satu jam berdiri di bis lumayan membuat kaki pegel-pegel. Setelah mandi dan istirahat sejenak, aku mulai membongkar isi ransel. Novel Arul yang pertama kukeluarkan. Penasaran akan isinya (karena pasti kocak kayak pengarangnya :D), segera kurobek plastik pembungkusnya. Novel serial Gang Buntu 13 itu diawali dengan prolog, kemudian penjelasan tentang profil tokoh dalam novel tersebut. Kubaca satu persatu profil tokoh agar nanti mudah mencerna isi cerita. Sampai pada tokoh Surya, profil yang tertulis di sana : Surya, pengantin baru yang tinggal bersama ibu mertuanya yang cerewet. Nini Hanum.
Ha?? Hanum? Itu kan namaku!! Gak salah tuh..namaku dijadikan tokoh ibu-ibu yang cerewet? Kayaknya nggak cocok deh (hehe..maunya…:D). Rasa sebelku berubah jadi senyum ketika dalam halaman berikutnya tertulis :
PERINGATAN PENULIS
Cerita ini adalah fiktif belaka. Apabila ada kesamaan peristiwa ataupun nama-nama tokoh di dalamnya dalam kehidupan nyata, maka….kasiaaannn..de, lo! Hehehe…

Arul..Arul..bener-bener gubrags deh :D

Foto-foto diambil dari :
www.corbis.com
http://www.kompas.co.id/utama/news/0401/14/155901.htm
http://rumahfiksi.blodrive.com.




Pencarian Produk Halal
www.HalalGuide.info


$1 For Palestine

DUKUNG RUU APP

Yang Punya Blog

    Hanum; Muslimah; Pecinta buku; Kena virus blogging sejak Juli 2004; Main job : Japanese Translator; Living : Tangerang

Archives

Ngaji Yuk

My Links

Gabung di

    Indonesian Muslim Blogger

    Islam Dot Net

Powered by Blogger
and Blogger Templates