Honyakusha Atau Tsuuyakusha?
Kalau ditanya, lebih suka mana menjadi penerjemah tulisan (honyakusha) atau penerjemah lisan (tsuuyakusha), pasti saya akan memilih yang pertama. Saya lebih suka berkutat dengan huruf kanji di belakang meja dibanding harus tampil di depan orang banyak untuk menerjemahkan isi pembicaraan orang Jepang di meeting, ceremony, ataupun ketika berkeliling meninjau pabrik.
Ketika belajar bahasa jepang dulu , saya paling suka pelajaran kanji dan bunpou (grammar) dibandingkan pelajaran Kaiwa (percakapan) misalnya. Berkutat menerjemahkan kalimat-kalimat bahasa Jepang penuh dengan kanji, hampir sama sensasinya seperti saat mengisi TTS. Ada teka-teki yang harus dipecahkan di sana. Seringkali kening berkerut 100 lipatan saat menemui kalimat yang kanji serta pola kalimatnya sangat sulit. Bila akhirnya terpecahkan juga (mengerti artinya), puasnya tak terkira .
Hampir 6 tahun sudah saya menekuni profesi sebagai honyakusha. Meski bukan murni honyakusha, karena seringkali saya pun harus menjadi tsuuyakusha, tetap saja hari-hari kerja saya lebih banyak diisi dengan kanji-kanji dibanding harus translate lisan. Pengennya sih jadi honyakusha 100%. Tapi sayang, sepertinya perusahaan enggan merekrut seorang tsuuyakusha khusus dengan alasan tenaganya tidak tiap hari terpakai. Sebenarnya sih ujung-ujungnya karena alasan cost down . Bagaimanapun, itulah konsekuensi yang harus saya terima bila ingin tetap kerja di sini. menjadi honyakusha merangkap tsuuyakusha.
Ada satu alasan yang membuat saya bertahan kerja di tempat saya sekarang. BELAJAR ISTILAH-ISTILAH INDUSTRI (KHUSUSNYA ISTILAH OTOMOTIF) LEBIH DALAM LAGI. Dalam bahasa Jepang, banyak sekali senmon yougo (= istilah-istilah khusus) yang digunakan, sesuai bidangnya. Satu istilah di satu bidang, belum tentu diketahui artinya secara umum. Menguasai istilah-istilah khusus ini akan menjadi modal yang sangat bagus untuk orang yang berniat kelak berprofesi menjadi penerjemah freelance. Seperti yang saya cita-citakan juga . Insya Allah. Kerja di manufacturing (dulu di garment, sekarang di otomotif) saya niatkan untuk menimba ilmu bahasa untuk kepentingan jangka panjang kelak. Resign, menjadi honyakusha freelance insya Allah akan lebih baik bagi diri saya. Kapan saat itu tiba? Insya Allah...someday .
Ketika belajar bahasa jepang dulu , saya paling suka pelajaran kanji dan bunpou (grammar) dibandingkan pelajaran Kaiwa (percakapan) misalnya. Berkutat menerjemahkan kalimat-kalimat bahasa Jepang penuh dengan kanji, hampir sama sensasinya seperti saat mengisi TTS. Ada teka-teki yang harus dipecahkan di sana. Seringkali kening berkerut 100 lipatan saat menemui kalimat yang kanji serta pola kalimatnya sangat sulit. Bila akhirnya terpecahkan juga (mengerti artinya), puasnya tak terkira .
Hampir 6 tahun sudah saya menekuni profesi sebagai honyakusha. Meski bukan murni honyakusha, karena seringkali saya pun harus menjadi tsuuyakusha, tetap saja hari-hari kerja saya lebih banyak diisi dengan kanji-kanji dibanding harus translate lisan. Pengennya sih jadi honyakusha 100%. Tapi sayang, sepertinya perusahaan enggan merekrut seorang tsuuyakusha khusus dengan alasan tenaganya tidak tiap hari terpakai. Sebenarnya sih ujung-ujungnya karena alasan cost down . Bagaimanapun, itulah konsekuensi yang harus saya terima bila ingin tetap kerja di sini. menjadi honyakusha merangkap tsuuyakusha.
Ada satu alasan yang membuat saya bertahan kerja di tempat saya sekarang. BELAJAR ISTILAH-ISTILAH INDUSTRI (KHUSUSNYA ISTILAH OTOMOTIF) LEBIH DALAM LAGI. Dalam bahasa Jepang, banyak sekali senmon yougo (= istilah-istilah khusus) yang digunakan, sesuai bidangnya. Satu istilah di satu bidang, belum tentu diketahui artinya secara umum. Menguasai istilah-istilah khusus ini akan menjadi modal yang sangat bagus untuk orang yang berniat kelak berprofesi menjadi penerjemah freelance. Seperti yang saya cita-citakan juga . Insya Allah. Kerja di manufacturing (dulu di garment, sekarang di otomotif) saya niatkan untuk menimba ilmu bahasa untuk kepentingan jangka panjang kelak. Resign, menjadi honyakusha freelance insya Allah akan lebih baik bagi diri saya. Kapan saat itu tiba? Insya Allah...someday .
bu hanum, pak kris (bos bentang pustaka) pernah bilang kadang perlu translator (lebih) buat nerjemahin buku2nya. kalo ada buku jepang yg harus ditranslate, bolehlah nanti saya rekomen buh hanum, gmn?
Posted by Dhika | October 10, 2005 10:55 AM